"Andhep Asor"

 


Ketika pertama kali mendengar kata tersebut, ku coba telaah apa maksud perkataannya.

ya...ayahkulah yang pertamakali mengingatkanku akan penggunaan sebuah kata yang sungguh bermakna sangat dalam. Ayahku yang notabene dibesarkan dengan tradisi Jawa namun masih mengedepankan azas demokratis dalam bertindak, selalu menanamkan nilai-nilai luhur budaya yang patut dijunjung tinggi, tak lekang oleh zaman. Dengan sebuah bahasa yang sederhana, beliau menjelaskan maknanya agar dapat ditangkap maksudnya oleh kami putra putrinya. 

Dikisahkan adalah seorang penguasa yang sedang berjaya di zamannya, setiap tutur katanya harus diikuti, titahnya laksana sabdo pandhita ratu yang harus dilaksanakan tanpa bantahan event itu adalah sebuah ketidakcermatan penguasa dalam mengambil kebijakan, semua rakyatnya harus mengikuti semua yang diperintahkannya. Hingga suatu ketika ada seorang rakyat jelata yang arif dan bijaksana, santun dalam bertutur kata karena kedalaman ilmu dan keluasan wawasannya mengingatkan sang ratu akan beberapa kebijakan yang sebaiknya dipertimbangkan melalui beberapa saran dan masukannya sang jelata menyampaikan ide gagasannya dengan bahasa yang santun lagi penuh kehati-hatian. 

Lantas apakah yang terjadi...? tentulah sudah dapat ditebak, bahwa sebagai seseorang yang  berada pada puncak kekuasaan manalah mau mengakui saran dan masukan dari rakyat jelata yang jauh derajatnya dari sang penguasa, walau di dalam hati kecilnya mengakui kebenaran apa yang disampaikan oleh sang jelata. 

Disinilah andhep asor itu hadir, sejatinya manusia terlahir dalam keadaan yang sama, tidak membawa apapun, dalam keaadaan yang fitrah suci tanpa dosa. Dalam perjalanan hidupnya kemudian manusia memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaannya. Dalam terminologi langit disampaikan bahwa kemuliaan manusia terletak pada derajat ketaqwaannya, bukan karena kekuasaannya, kepintarannya, kecerdasannya, kecantikan/ketampanannya atau kekayaannya sehingga masih pantaskah kesombongan itu hadir dalam diri manusia???

Andhep asor dimaknai sebagai bentuk kerendahan hati seseorang yang lahir dari pribadi yang menghormati dan menghargai orang lain. Hadirnya kerendahan hati ini sesungguhnya di maknai sebagai bentuk penghormatan atas orang lain yang sejatinya sesungguhnya menghormati dirinya sendiri. Dengan mengedepankan sifat andhep asor, keinginan dalam diri untuk senantiasa menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat bukan untuk menonjolkan kemampuannya atau kehebatan yang dimilikinya. 

Pesan ayahku sungguh tak kan pernah kulupakan sepanjang hidupku, jadilah pribadi yang andhep asor nduk...seperti padi ...yang semakin berisi akan semakin merunduk, janganlah sombong dengan kemampuan atau kekuasaan yang sedang atau kamu miliki, ingat bahwa di atas langit masih ada langit. Semakin kita merunduk justru orang akan semakin menghormati kita. Kebesaran seseorang tidak ditentukan oleh tingginya jabatan atau pinternya penguasaan ilmu, namun oleh perbawa atau aura ketenangan bathin, pribadi yang santun, membumi ....semoga petuah ini makin menguatkan langkahku dalam membawa diri mengarungi jagad nan penuh laku werna-werninya manungso.  

Posting Komentar

0 Komentar